Candi Ngempon
UNGARAN, KOMPAS.com -- Ironis dan menyedihkan. Tanpa perhatian pemerintah, kondisi situs Candi Ngempon yang berada di Lingkungan Ngempon, Bergas, Kabupaten Semarang, saat ini menjadi salah satu lokasi prostitusi yang tergolong ramai.
Candi Ngempon |
Sejumlah kalangan khawatir jika tidak segera ditertibkan, lama-kelamaan kawasan Candi Ngempon akan berubah menjadi lokalisasi prostitusi. Sebab, di lingkungan situs peninggalan kerajaan Hindu itu tumbuh subur rumah karaoke dan tempat biliar liar.
Bahkan, di kawasan tersebut saat ini dikenal sebagai pangkalan kaum waria dan menjadi ajang mesum remaja yang sedang berpacaran.
“Awalnya hanya satu karaoke saja, lalu bertambah banyak. Kalau malam suasananya ya ramai karena ada karaoke itu. Ada juga kelompok waria yang sering kali nongkrong pada malam hari di sini. Kami tidak tahu aktivitas mereka, setahu kami mereka hanya datang untuk berwisata. Warga sebenarnya terganggu, tetapi tidak bisa melarang karena itu kewenangannya pemerintah,” kata Hidayat (30), salah satu warga, Senin (2/6/2014) pagi.
Kondisi situs Candi Ngempon yang terdiri dari sejumlah candi dan petirtaan (pemandian) air hangat peninggalan kerajaan zaman Hindu tersebut terancam rusak karena adanya karaoke dan biliar membuat sejumlah kelompok pemerhati cagar budaya turun tangan.
Dua kelompok pemerhati cagar budaya dari Paguyuban Pedulu Cagar Budaya Ratu Sima (PPCBRS) Jateng serta Paguyuban Peduli Cagar Budaya dan Alam Semesta Jateng mendesak Pemkab Semarang melakukan tindakan penyelamatan situs Candi Ngempon.
"Kami sudah mendatangi Kantor Dinas P dan K untuk mendesak penyelamatan Candi Ngempon. Kami sudah lihat langsung di lokasi, dan kami mencermati di Ngempon sudah banyak pelanggaran. Sebab, di sekitar petirtaan sudah berdiri sejumlah karaoke dan biliar yang jaraknya sangat dekat dengan situs Candi Ngempon tersebut. Juga jadi tempat nongkrong ‘makhluk jadi-jadian’ (waria). Lama-kelamaan bisa jadi tempat prostitusi,” kata Ketua PPCBRS Jateng, Sutikno, saat dihubungi via telepon.
Aura mesum di lokasi Candi, kata Sutikno, juga dikeluhkan oleh organisasi keagamaan Hindu lantaran mereka masih menggunakan candi tersebut untuk kegiatan keagamaan.
Dia berharap, dengan keluhan dari masyarakat serta umat Hindu tersebut, pemerintah serius melindungi tempat cagar sesuai peruntukannya. “Kalau itu candi ya harusnya jadi wisata religi dan pendidikan, jangan sampai nantinya menjadi wisata syahwat. Kami minta kondisi itu harus segera ditertibkan,” kata Sutikno.
Bahkan, di kawasan tersebut saat ini dikenal sebagai pangkalan kaum waria dan menjadi ajang mesum remaja yang sedang berpacaran.
“Awalnya hanya satu karaoke saja, lalu bertambah banyak. Kalau malam suasananya ya ramai karena ada karaoke itu. Ada juga kelompok waria yang sering kali nongkrong pada malam hari di sini. Kami tidak tahu aktivitas mereka, setahu kami mereka hanya datang untuk berwisata. Warga sebenarnya terganggu, tetapi tidak bisa melarang karena itu kewenangannya pemerintah,” kata Hidayat (30), salah satu warga, Senin (2/6/2014) pagi.
Kondisi situs Candi Ngempon yang terdiri dari sejumlah candi dan petirtaan (pemandian) air hangat peninggalan kerajaan zaman Hindu tersebut terancam rusak karena adanya karaoke dan biliar membuat sejumlah kelompok pemerhati cagar budaya turun tangan.
Dua kelompok pemerhati cagar budaya dari Paguyuban Pedulu Cagar Budaya Ratu Sima (PPCBRS) Jateng serta Paguyuban Peduli Cagar Budaya dan Alam Semesta Jateng mendesak Pemkab Semarang melakukan tindakan penyelamatan situs Candi Ngempon.
"Kami sudah mendatangi Kantor Dinas P dan K untuk mendesak penyelamatan Candi Ngempon. Kami sudah lihat langsung di lokasi, dan kami mencermati di Ngempon sudah banyak pelanggaran. Sebab, di sekitar petirtaan sudah berdiri sejumlah karaoke dan biliar yang jaraknya sangat dekat dengan situs Candi Ngempon tersebut. Juga jadi tempat nongkrong ‘makhluk jadi-jadian’ (waria). Lama-kelamaan bisa jadi tempat prostitusi,” kata Ketua PPCBRS Jateng, Sutikno, saat dihubungi via telepon.
Aura mesum di lokasi Candi, kata Sutikno, juga dikeluhkan oleh organisasi keagamaan Hindu lantaran mereka masih menggunakan candi tersebut untuk kegiatan keagamaan.
Dia berharap, dengan keluhan dari masyarakat serta umat Hindu tersebut, pemerintah serius melindungi tempat cagar sesuai peruntukannya. “Kalau itu candi ya harusnya jadi wisata religi dan pendidikan, jangan sampai nantinya menjadi wisata syahwat. Kami minta kondisi itu harus segera ditertibkan,” kata Sutikno.
Candi Ngempon atau yang dikenal juga dengan Candi Muncul merupakan salah satu peninggalan dari candi Hindu. Sesuai dengan namanya “Ngempon” yang merupakan nama Desa tempat ditemukannya Candi tersebut yakni di Desa Ngempon Kecamatan Bergas Kabupeten Semarang.
Lokasi Candi Ngempon yang hanya berjarak kurang lebih 2 KM dari Pasar Karangjati membuat tempat tersebut banyak dikunjungi para wisatawan lokal.
Candi Ngempon memiliki 9 candi namun yang sudah di rekonstruksi oleh pemerintah daerah setempat hanya 4 candi saja. Besar ukuran dari candi-candi tersebut sepintas tampak sama dan hanya satu candi saja yang berukuran lebih besar.
Diyakini disekitar area Candi Ngempon dahulu kala merupakan tempat sebagai pusat penggemblengan para kasta Barahmana yang dididik untuk menjadi sebagai seorang Mpu atau Empu baik dalam bidang olah kanuragan, sastra budaya maupun dalam bidang kerohanian. Karena menilik dari sejarah yang ada maka 9 Candi tersebut dikenal masyarakat dengan sebutan “Ngempon” yang berasal dari kataEmpu atau Ngempu.
Sejarah Candi Ngempon Kabupaten Semarang
Candi Ngempon awalnya ditemukan secara tidak sengaja oleh petani yang bernama Kasri pada tahun 1952. Saat itu Kasri sedang mencangkul bersama kakeknya disawah. Awalnya Kasri hanya menemukan sebuah batu Andesit yang polos dan memiliki ukuran 40m2 tetapi setiap kali melanjutkan dalam mencangkulnya batu-batu Andesit polos semakin banyak lagi ditemukan.
Selain batu-batu Andesit yang ditemukan di Candi Ngempon pada saat itu, ditemukan juga sepuluh buah patung antara lain, patung Dewi Durga, patung Ganesha, Kinara Kinari dan juga patung Nandi dan lain-lain.
Arca-arca tersebut yang telah ditemukan di Candi Ngempon Kecamatan Bergassaat ini disimpan di Museum Ronggowarsito Semarang. Saat pertama kali ditemukan 9 Candi tersebut sudah dalam keadaan tidak tertata atau bubrah karena terkena longsorang tanah dan tertimbun.
Pada tahun 1952 Dinas Purbakala mengunjungi Candi Ngempon yang telah rusak dan menyusun kembali sebuah candi yang telah runtuh tersebut. Dan pada tahun 2006 Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah menyusun lagi satu buah candi yang ukurannya lebih kecil cila dibanding dengan candi yang pertama.
Candi Ngempon yang merupakan peninggalan sejarah dari Agama Hindu sampai saat ini sudah diruwat oleh Parisada Hindu Dharma Indonesia.
Tidak jauh dari lokasi Candi Ngempon juga terdapat Petirtaan Kuno yang berada di Kelurahan Derekan Kabupaten Semarang. Petirtaan Kuno tersebut berupa pemandian air hangat yang sekarang banyak dikunjungi oleh wisatwan lokal terlebih lagi saat menjelang puasa atau yang sering dikenal masyarakat dengan sebutan “Padusan“.
Lokasi atau Rute Menuju Candi Ngempon Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang.
Dari arah Semarang, Ambarawa maupun Salatiga langsung menuju dan berpusat di satu jalur Semarang – Solo atau Semarang – Yogya, berhenti di depan Pasar Karangjati Kabupaten Semarang.
Bersebelahan dengan Pasar Karangjati ada kantor Polsek Karangjati disitu ada pertigaan, yang dari Semarang belok kekiri sedangkan dari Salatiga, Ambarawa belok kekanan. Jalan menuju ke timur atau jalan menuju Pringapus. Setelah 2 KM dari Kantor Polsek Karangjati ada pertigaan dan belok kanan sampai menemukan papan nama Candi Ngempon. Belok kiri dan tidak jauh dari papan nama tersebut ada Gapura Kecil masuk mengikuti jalan cor beton untuk sampai di lokasi Candi Ngempon.
Itulah sedikit tulisan tentang Lokasi Candi Ngempon, Rute menuju Candi Ngempon Semarang, dan sejarah Candi Ngempon Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang.
Bagi yang baru-baru ini berkunjung ke Candi Ngempon Kecamatan BergasKabupaten Semarang, silahkan tinggalkan komentar agar menjadi info terbaru dan bisa bermanfaat bagi masyarakat yang ingin berkunjung kesana.